Beberapa Fiksimini dari Hasan Aspahani buat Saya

Cara Mencabut Nyawa

"Bagaimana, sih, caranya mencabut nyawa?" tanya Syaiful kepada malaikat yang hari itu datang padanya. Syaiful mula-mula mengajak malaikat itu mengobrol sambil mengopi dan menjuadah.

"Mau tahu? Mau saya ajari?" kata malaikat. "Boleh," kata Syaiful. Maka, malaikat itu pun langsung mencabut nyawa Syaiful.

"Nah, begitu caranya..." kata Malaikat. Syaiful pun sudah tewas. Badan dan nyawanya terpisah. Malaikat bingung, "Lho, kok mati?" kata malaikat itu.***

Salah Cabut Nyawa

"Bung, saya kira Anda salah cabut kali ini," kata nyawa Syaiful kepada Malaikat Pencabut Nyawa, "Saya rasanya belum saatnya mati. Kok saya dipisahkan dari tubuh itu?"

"Salah?" tanya malaikat, seperti terkejut, tapi juga seperti gembira. "Ya, salah!" kata Syaiful sebel.

"Akhirnya, setelah sekian ribu tahun menjalani tugas ini, saya bisa juga salah," kata Malaikat itu. "Tuhan, boleh aku ajukan permohonan cuti, kan?" ***


Keluhan Malaikat Pencabut Nyawa

"Bung, lagi banyak order, ya? Boleh tanya-tanya sedikit?" tanya Syaiful kepada Malaikat Pencabut Nyawa.

"Sibuk? Ah tidak juga. Sebenarnya, dalam kondisi normal, saya tidak harus kerja buru-buru, kecuali...." malaikat itu langsung pergi. Menghilang, secepat kilat, sebelum menyelesaikan kalimatnya.

"... huh, katanya tidak sibuk," kata Syaiful kesal.

"...kecuali kalau, seperti tadi," tiba-tiba malaikat tadi sudah muncul lagi, "saya harus pergi buru-buru jadinya," katanya menjelaskan. Tapi, Syaiful belum mengerti juga. "Maksudmu?"

"Ya, seperti tadi. Semua kematian itu sebenarnya terjadwal. Saya tinggal cek jadwalnya. Tapi, kalau ada yang bunuh diri, saya jadi repot. Soalnya mereka memaksa mati sebelum saatnya. Dan itu tidak ada dalam jadwal kerja saya..." ***

Pertanyaan Paling Lucu

Malaikat Maut terpingkal tertawa-tawa. Baru saja ia mendengar sebuah pertanyaan yang paling lucu yang pernah ditanyakan padanya. "Aduh, lucu sekali pertanyaanmu!" katanya sambil terus tertawa.

Syaiful tak tahu di mana tersembunyi kelucuan pertanyaannya. Dia mengajukan pertanyaan biasa saja: "Bung, dalam Rukun Iman, kami manusia harus percaya pada Malaikat. Apakah dalam Rukun Iman Anda, Anda harus percaya pada manusia juga?"

Sesungguhnya, bagi Syaiful ini pertanyaan sangat serius. Tapi, entahlah, kenapa Malaikat Maut itu tertawa terpingkal-pingkal. ***


Pertanyaan Malaikat Tentang Manusia

Adam sudah selesai diciptakan. Tuhan tinggal meniupkan ruh untuk menghidupkan dia, jadilah manusia pertama itu. Iblis menolak sujud. Iblis pun terusir dan dikutuk.

Malaikat terdiam, lama menatap pada sosok Adam, manusia pertama yang sebentar lagi dihidupkan.

"Ada apa lagi?" tanya Tuhan pada malaikat, "kamu juga meragukan makhluk baru ciptaanku ini?"

Malaikat lekas menukas, "Oh tidak Tuhan, saya cuma ingin tahu bagaimana saya harus mencabut nyawanya nanti, kalau memang Engkau tugaskan saya untuk melakukan pekerjaan itu..."


Jangan Mati Sebelum Saatnya

"Bung, kemana saja? Saya cari-cari, Anda di sini rupanya," kata nyawa Syaiful kepada Malaikat Pencabut Nyawa.

Si Malaikat heran melihat Syaiful, "Lho, Anda siapa? Mau apa ketemu saya?"

"Sok lupa lagi. Saya ini sudah mati, tahu?" kata Syaiful, "Harusnya Bung yang mencabut nyawa saya. Tapi ini nyawa saya terpisah sendiri!" Terakhir, nyawa Syaiful hanya ingat, ketika dia dan badan Syaiful sedang tancap gas di jembatan Suramadu. Dia mau pulang ke Madura dari Surabaya. Lalu motornya terpental, karena tersandung mur yang lepas dari baut pagar jembatan itu. Badan dan nyawa Syaiful jatuh ke Selat Madura.

Malaikat itu membolak-balik catatan, sambil sesekali melihat ke nyawa Syaiful. "Anda salah. Anda belum saatnya mati. Cepat kembali sana. Tahu jalan kan? Saya tak perlu antar ya..." kata Malaikat itu santai.

***

"Oh, syukurlah, dia masih hidup. Lihat dia bernafas," kata lelaki itu. Syaiful sadar. Badannya basah kuyup. "Tadi, sepertinya dia mati suri," kata lelaki itu kepada kawannya yang sibuk mendayung kapal penuh besi tua. "Anak siapa dia itu? Bikin repot kita saja... " kata si pendayung.

Syaiful berusaha mengingat-ingat sesuatu. Tapi ia tak bisa mengingat apa-apa.***


Cara Mengisi Waktu Luang

"KALAU lagi bosan, atau sedang mengisi waktu luang di sela-sela kesibukan, apa yang Anda lakukan, Bung?" tanya Syaiful sok akrab, kepada Malaikat Pencabut Nyawa.

"Saya? Ya, paling-paling cuma baca manual 'Cara Meniupkan Ruh Manusia'. Siapa tahu suatu saat dapat tawaran tugas baru, atau diberi kesempatan alih profesi," kata Malaikat Pencabut Nyawa.***


Permintaan yang Merusak Reputasi

"Bung," kata Syaiful, "kalau saya menjelang mati nanti, kasih tahu, ya. Sebelumnya, kalau boleh, ajari saya cara mencabut nyawa saya sendiri. Asyik juga rasanya bisa mengakhiri hidup sendiri."

Malaikat Pencabut Nyawa diam, Syaiful terus bicara, "Sesekali Anda istirahat mencabut nyawa orang kan tidak masalah?"

"Bung," kata Malaikat Pencabut Nyawa, "jangan minta macam-macam, deh. Apalagi permintaan yang bisa merusak reputasi saya!"


Tak Ada Pengantar dari Malaikat Pencabut Nyawa

Syaiful baru saja selesai menulis sebuah buku. Judulnya unik: HIDUP SUKSES, MATI PUN SUKSES! Sebelum mengirim ke penerbit, dia ingin Malaikat Pencabut Nyawa memberi semacam kata pengantar atau paling tidak "endorsment" di sampul belakang.

"Saya baca dulu ya," kata Malaikat Pencabut Nyawa sambil membolak-balik naskah buku itu.

"Bagaimana? Sudah ketemu kira-kira Bung akan menulis apa sebagai pengantar?" tanya Syaiful setelah melihat si Malaikat itu seakan-akan sudah menyelesaikan membaca naskah bukunya.

"Wah, maaf, Bung. Berat. Anda tak cukup reputasi untuk menulis buku ini," kata Malaikat Pencabut Nyawa," "Isinya bagus, kelemahannya justru pada Anda sebagai pengarang. Pertama, hidup Anda belum sukses. Kedua, Anda belum mati, bagaimana Anda mau mengajari orang mati dengan sukses?"


Kematian yang Paling Lucu


Syaiful sedang membaca buku "Aku Ini Binatang Jalang" - kumpulan sajak lengkap Chairil Anwar, terbitan Gramedia yang disunting oleh Pamusuk Eneste.

Malaikat Pencabut Nyawa bertanya pada Syaiful, "Itu buku karya penyair yang menulis sajak 'Aku' itu, 'kan?

"Ya, iyalah. Memangnya ada Chairil Anwar yang lain?" kata Syaiful.

"Makanya, saya tanya. He he he. Saya tak akan pernah lupa padanya. Waktu saya mencabut nyawanya dulu, saya sempat merasa ada yang lucu begitu..." kata Malaikat Pencabut Nyawa.

"Terus? Ternyata apa yang lucu?" tanya Syaiful.

"Saya baru tahu, setelah beberapa waktu kemudian membaca baris terakhir sajak 'Aku' yang bunyinya: aku mau hidup seribu tahun lagi.... He he he..." ***

2 comments: