KUTARUH HATIKU PADAMU
Bukankah sudah waktunya?
maka kutaruh hatiku padamu
seperti janji semasa kanak
seperti bunga mawar
di musim hujan
yang mekar
Tapi setelah itu entah kenapa
kau pergi, meninggalkanku
Hanya menyisakan lentik bulu matamu
di dalam kenangan
Tapi dengan tanpa hati
Lalu
di jalan penuh foto calon pemimpin
papan iklan yang ditulis ngawur
dan demo yang aneh
kujejaki: tanpa hati
juga jerit anak kecil, gemelutuk tulang
dan tawa orang gemuk di gedung yg menjulang
kudengar: tanpa hati
sedang nyamuk berputar-putar
di atas kulitku
lupa akan menghisap darah
atau akan memberi sakit
Senja yang cantik, berpipi merah
Berulang kujejaki
jalan yang sama
atau hampir sama
juga kudengar nyanyian yang sama
atau nyaris sama
Sebab
dengan tanpa hati
tak ada yang berbeda
juga ketika kulihat
Seorang perempuan dengan bulu mata yang lentik
mengenangku dengan dua hati
Hingga dia menangis paling air mata
Apakah itu juga sebuah kebahagian?
Ah, di dalam kepalaku
ada semacam isyarat
kepada bibir, untuk berkata
hati-hati
tapi aku terus menjejak
tanpa hati
Karena telah kutaruh hatiku padamu
2010
SUNGAI KECIL
Sungai kecil mengalir
dari entah
tubuhku jadi basah
Seperti melepas sebuah
Kesedihan
Seorang perempuan berbulu mata lentik
duduk di beranda rumahnya
Tetapi hujan belum turun
dan kota itu sungguh terlalu panas
untuk kenangan
sungai kecil terus mengalir di tubuhku
Disitu telur telur ikan menetas
Kemudian pergi
Tinggal beberapa batu
semacam masa lalu yang dilupa
Seperti getaran yang belum dicatat
Sebagai puisi
sungai kecil terus mengalir
mengalirkan bau tubuhnya
kecupan yang dicuri dari handphone
juga percakapan di pasar yang kumuh
Hingga sebuah kota lama banjir
di tubuhku
O, sungai kecil
mengapa kau begitu keburu?
tak bisakah kau menunggu?
Belum kupasang jembatan
Belum kubersihkan lubukku
Tapi tubuhku sudah air
dan menjadi bagian darimu
Lalu
mengalir
mengalir
mengalir
tambah arus
Seiring aku mengenang
seorang perempuan berbulu mata lentik
Sedang di kota itu
hujan belum juga turun
2010
No comments:
Post a Comment