Berdo'a

Berdo'a

Ketika tangan tengadah, jemariku membelah
lalu tumbuh ruang, sangat luas untuk apa pun. Timah timah
kursi yang raja dan perempuan perempuan jelita. Sepanjang
hidup ini, yang aku hirup hanya sepi, cuma luka. Bahkan
hurup hurup puisiku tumbang seperti ada tambang yang menariknya
dari jauh. Ini upaya selalu sia sia saja. Tapi biarlah
biarlah puisiku begitu. Seperti daun gugur
setelah gugur tariannya yang sebentar di udara
haruslah disapu. Sebab aku lihat juga orang orang
tanpa perut dan mulut. Dan pantat menempel foto foto dirinya
untuk mencari kursi, pun perempuan. Lepaskan
lepaskanlah tambang itu bagi mereka--yang percaya pada dunia
asing ini. Mereka yang akan aku tinggalkan

sebab perempuan berbulu mata lentik telah pergi
tak menungguku. Bersama kenangan masa remaja
alangkah banyak yang hilang dan tak kembali
hanya tersisa pohon tanpa daun

tak ada lagi alasan untuk menetap. Juga janjiku
pada sungai, hutan dan hujan. Kemarau terlalu panjang

dan aku harus segera berangkat, pergi jauh
menemuinya. Di sebuah tempat yang tak aku kenal.
Selamatkan aku dari sesat, dosa dan fitnah.
Semoga aku juga sampai padaNya. Amin.

Dan ruang itu masih belum penuh.
Jemari tanganku kembali menjadi sepuluh.



2010

No comments:

Post a Comment