Di Pulau Bali
: Ni Made Frischa Aswarini
Inilah waktunya menunaikan pertemuan
perempuan berbulu mata lentik.
Ombak di Pantai Kuta telah bernyanyi, burung burung menari
dan pohon kelapa melambai ke arah masa lalu. Memanggilmu
lewat tubuh turis asing yang terbakar. Ketika senja mekar
dan perahu melempar jangkar.
Setengah hidupku adalah melupakanmu. Membuang foto foto,
buku dan gantungan kunci atau mencari perempuan lain
juga menghapus kenangan masa remaja. Kini bayanganmu kembali
seperti puisi yang bangkit dari mati. Denpasar memasuki
malam dengan tegar. Lampu lampu merkuri menyala
dan bulan turun ke dasar kolam. Patung dan pepohonan
memakai sarung. Hawa dingin yang asing menggigilkan
jendela dan selimut.
Di pulau Bali, perempuan berbulu mata lentik
kenangan tentangmu kembali: mendayung perahu di Bedugul,
Kaos Joger dan tarian lain di Gedung Putra Barong.
Aku tahu kau belum melupakanku. Sepanjang matamu memandang
bayanganku ada, seperti puisi yang abadi.
Inilah waktunya menunaikan pertemuan
perempuan berbulu mata lentik. Temui,
temuilah aku di Tanah Lot.
Sebelum bus berangkat pulang.
Sebelum senja mendarat di balik air yang jauh.
Sebelum beras jatuh dari dahiku
atau aku akan melupakanmu lagi.
2010
No comments:
Post a Comment