Kepada Perempuan N
1
Kini rambutku yang malam mulai memasuki pagi--
Dengan pohon tanpa daun dan gampang tercerabut akarnya
Aku ingat kembali bulu matamu yang lentik bagai semburan lumpur
Panas dan rumah rumah tergenang dalam kesedihanmu. Kini nadiku
Yang sungai mulai kering dan kerontang
Tak ada lagi perempuan perempuan yang membawa kendi di pinggulnya
Aku ingat kembali bahwa aku ingin sekali meniup bulu matamu. Mungkin saja
Lumpur panas akan berhenti memancur dan kesedihan berhenti meluncur
Kini mulutku yang sumur mulai berumur, Nin
Meski samar, masih bisa aku dengar ucapanku kepadamu;
"Aku berjanji akan menemuimu lagi."
2
Di Kota Jogja, di Malioboro, di pinggir lapak pedagang
Gelang. Aku membaca puisi dengan lidah yang pincang, Nin
Perempuan berambut pirang menyerang ingatanku
Bahwa dia sebenarnya adalah kau. Aku memutar tubuh
Dan terus memutar. Perempuan berbulu mata lentik,
Janda dua anak, dan gadis kecil dengan logat Jawa yang kental
Semuanya menyerbu kepalaku dengan kenangan masa remaja
Di Malioboro, di pinggir kecemasan para pedagang
Kepada harga yang melambung. Aku membaca puisi untukmu, Nin;
"Aku masih mencintaimu."
3
Di pantai Kuta, di batas ombak bisa mengecup pasir
Aku berdiri memandang ke segala arah. Turis turis asing
Berselancar lalu air menggulungnya. Turis turis lokal terbang
Lalu angin terus menerbangkannya. Tapi melakukannya berulang ulang
Demikianlah orang orang butuh semacam bahaya untuk tetap hidup, Nin
Aku juga. Di antara burung burung dan kesiur daun pohon pohon kelapa
Aku memutuskan untuk menemuimu.
4
Tapi Pantai Kuta terlalu indah untuk sebuah perpisahan, Nin
Jangan lagi terulang sejarah itu. Jangan lagi meragukan cintaku
Karena cintaku bagai pejabat kepada korupsi bagai rakyat kepada
Melarat bagai penyair kepada syair bagai penyanyi dangdut kepada
goyang. Lalu telepon genggamku dihinggapi burung burung
Dari kicaunya aku mendapat jawaban yang kurang
Menyenangkan.
5
Tapi, ah, aku bayangkan saja telah menemuimu, Nin
Misalnya di dalam puisi ini. Menuntaskan janji
Bahwa aku akan menikahimu, tujuh tahun lagi
Janur kuning jatuh membawa kesedihanku sampai jauh
Burung burung terus berlepasan dari telepon genggamku
6
Dan biarkan, biarkanlah aku terus menulis puisi untukmu, Nin
Agar aku selalu merasa bertemu denganmu
Agar kau tahu kesedihan ini adalah kutukan mencintaimu.
Biarkan...
2010
No comments:
Post a Comment