Jam Weker
--bersama nes urrutia
penyair, seperti perahu
malam telah merapat di matamu
bersama kantuk yang berat
letakkan cinta itu
di dalam jam weker
di atas meja
di samping ranjang
angin bertiup dengan setiap kesalahan
yang bukan milikmu
tapi harus kau hirup juga
sampai keluh kesahmu
tak bisa menjadi hurup-hurup
di dalam puisimu sendiri
mungkin hanya secuil
dan merelakan seluruh yang kau punya
hilang ditelan waktu
tidurlah wahai penyair
lupakan dunia, tempat di mana luka-luka tumbuh
di tubuhmu, di tubuh perempuan berbulu mata lentik
di tubuh orang-orang yang tak kau kenal
tapi tak pernah mengucap aduh
tidur, tidurlah yang penuh
bila subuh sudah berlabuh
dan kau masih jauh dari kesadaran
sungguh, rindu akan menabuh logam di jam weker itu
hingga riuh membangunkanmu
pasti, kau akan lebih khusyuk lagi
mencari sela-sela kakiKu, untuk bersujud
tidur, tidurlah wahai penyair
kau butuh istirahat bagi letih dan perjuanganmu
sebelum kembali melawan kejahilian
Aku masih setia menunggumu di alam ini
di dalam kesendirian ini
2010
No comments:
Post a Comment