Setiap sore saya terpaksa melakukan perjalanan panjang, Surabaya-Gresik. Saya kuliah di Surabaya tepatnya di daerah Kertajaya itu. Dan saya biasa tidur di Gresik, Sidorukun Indah. Di jalan, setiap orang yang menyetir kendaraannya, baik itu sepeda motor, mobil, truck, bus atau apa lah itu, sudah bukan manusia lagi. Di jalan dengan kendaraannya masing-masing mereka kerasukan arwah jahat.
Ketika lampu merah semua kendaraan pasti berhenti dan mempersilahkan kendaraan dari jalur lain lewat. Tetapi itu dulu, di jalan seluruhnya tidak menentu. Kadang mereka nyelonong, mencuri waktu dan kesempatan. Keburu mau ke mana juga saya tidak tahu.
Puisi Batuk dan
Jangan Obati Batukku
Dik, batukmu meletus di tenggorokanku,
padahal mulutku harus mengucapkan sepi
dan yang terlewat.
Dik, batukmu terasa makin gawat, kadang
keluar darah merah. Kenapa tidak membeli
obat untuknya?
Apa gajimu habis untuk makan sehari-hari?
Ini uang untukmu. "Jangan, Mas
nanti kau tak mengingatku."
Dik, batukmu meletus di tenggorokanku,
padahal mulutku harus mengucapkan sepi
dan yang terlewat.
Dik, batukmu terasa makin gawat, kadang
keluar darah merah. Kenapa tidak membeli
obat untuknya?
Apa gajimu habis untuk makan sehari-hari?
Ini uang untukmu. "Jangan, Mas
nanti kau tak mengingatku."
Jika Kau Tahu - tapi kau tidak haus tahu, kan?
Jika Kau Tahu
Bagaimana jika kau tahu ini lah terakhir kalinya
untuk menyentuh seseorang?
jika kau merenggut tiketnya, semisal,
di teater, merobek-robek,
lalu dikembalikan berkeping-keping,
barangkali kau akan berhati-hati untuk menyentuh sawit ini,
menyikat ujung jarimu
di sepanjang lipatan garis kehidupan.
Ketika seorang pria menarik koper beroda
terlalu pelan di bandara,
ketika mobil di depan ku tidak ngebel,
ketika penjaga apotek
tidak akan mengatakan terima kasih, aku lupa
mereka akan mati.
Seorang teman berkata kepadaku dia bersama bibinya.
Mereka baru saja makan siang dan pelayan,
seorang pria muda dengan mata hitam prem,
bercanda saat ia melayani kopi, mencium
bibinya lagi berbedak ketika mereka tinggal.
Kemudian mereka berjalan setengah blok dan bibinya
terjatuh lalu mati di trotoar.
Seberapa dekat busa naga
harus datang? Bagaimana tidak retak lebar,
di surga harus terbelah?
Apa yang akan terlihat orang, seperti
jika kita bisa melihat karena mereka,
direndam dalam madu, disengat dan bengkak,
sembrono, dijepit melawan waktu?
“If You Knew” by Ellen Bass,
Bagaimana jika kau tahu ini lah terakhir kalinya
untuk menyentuh seseorang?
jika kau merenggut tiketnya, semisal,
di teater, merobek-robek,
lalu dikembalikan berkeping-keping,
barangkali kau akan berhati-hati untuk menyentuh sawit ini,
menyikat ujung jarimu
di sepanjang lipatan garis kehidupan.
Ketika seorang pria menarik koper beroda
terlalu pelan di bandara,
ketika mobil di depan ku tidak ngebel,
ketika penjaga apotek
tidak akan mengatakan terima kasih, aku lupa
mereka akan mati.
Seorang teman berkata kepadaku dia bersama bibinya.
Mereka baru saja makan siang dan pelayan,
seorang pria muda dengan mata hitam prem,
bercanda saat ia melayani kopi, mencium
bibinya lagi berbedak ketika mereka tinggal.
Kemudian mereka berjalan setengah blok dan bibinya
terjatuh lalu mati di trotoar.
Seberapa dekat busa naga
harus datang? Bagaimana tidak retak lebar,
di surga harus terbelah?
Apa yang akan terlihat orang, seperti
jika kita bisa melihat karena mereka,
direndam dalam madu, disengat dan bengkak,
sembrono, dijepit melawan waktu?
“If You Knew” by Ellen Bass,
Renungan dan Goal Tahun 2012
Tahun 2011 telah lewat dan kembali saya melihat pencapaian
yang telah saya dapat di dunia tulis menulis. Saya sangat menyukai dunia ini,
seakan-akan hidup saya hanya berada di situ.
Tahun 2011 saya menetapkan tujuan untuk belajar menulis
cerpen, novel dan opini. Hasilnya tidak seperti yang saya harapkan. Hanya ada
satu cerpen dan artikel yang masuk koran. Semuanya terbit di koran Berita Pagi.
Saya memang seringkali begitu, tidak bisa mencapai goal yang telah ditentukan
sebelumnya. Akan tetapi goal itu tetap saya buat. Alasannya, saya memerlukannya
agar saya tetap semangat.
Puisi Kepada Teman
Hujan yang Kacau
Semua cinta yang hijau di ranting dan cabang pohon,
hujan yang kacau telah jatuh kepadanya
sebelum matang. Dia, seorang perempuan sedang pergi,
jepit rambut merah muda menggelincir di rambutnya.
Dia tak menoleh kepadaku, berjalan menuju laut.
Seorang perempuan, temanku, memang pergi ke laut.
Menemui Sapardi dan memberi sekuntum bunga.
semua cinta yang hijau di ranting dan cabang pohon,
hujan yang kacau telah jatuh kepadanya.
Tentang Seorang Teman
Seorang temanku, tak punya uang seribu rupiah pun.
dalam hatinya, dia berdiri menatap kejauhan.
di antara pohon-pohon hijau di Taman Bungkul,
dari semua kehidupannya, cinta baru pergi.
di antara bangku-bangku kosong, yang baru ditinggalkan
dan sebuah daun gugur menari sekaligus menangis.
cinta, cinta baru saja pergi dari punggungnya yang lapang.
Dia tak punya uang seribu rupiah pun untuk memarkir hatinya.
Kisah Menulis Puisi
Menulis Puisi Bukan Sekedar Menulis
Bertanyalah seorang Penyair Muda kepada Penyair Guru, “Saya
telah menulis puisi, tetapi kenapa puisi saya berdiri di tempatnya semula?”
Penyair Guru balik bertanya, “Apakah kamu menulis puisi, hanya menulis?”
Penyair Muda menjawab:”Ya.”
Dengan raut muka yang sabar Penyair Guru memberi nasihat
bahwa menulis puisi bukan sekedar menulis. Itu lebih kepada kejujuran,
perenungan , dan penguasaan terhadap apa yang kamu rasakan dan pikirkan.(*)
Pada Segala yang Ada Terdapat Keseimbangan
Penyair Guru sedang duduk khusyuk mendengarkan gemericik air
sungai. Karena terdorong rasa ingin tahu, Penyair Muda berkata, “Guru sedang
merenungkan apa?” Penyair Guru tidak bergeming.
Ketika Penyair Muda mengulang pertanyaannya, barulah Penyair
Guru menyahut, “Tahukah kamu? Bahwa pada segala yang ada terdapat keseimbangan
yang luar biasa? Dan itulah yang harus kita pertahankan dalam puisi.”(*)
Menulis Memoar itu Asik
Teman saya, Ayu yang beralamat blog di sini menampilkan tag title blognya: Memoar Ayu. Posting blognya mempunyai category post (Sebenarnya mesin blogspot tidak mempunyai category post, hanya saja para peggunannya memanfaatkan label) : Biografi, puisi, cerita dan jurnal.
Perlu dicatat posting kampung-puisi kali ini tidak membahas blognya si Ayu. Barangkali lain kali saja, kalau pembaca ingin mengetahuinya lebih lanjut, klik saja link tersebut. Saya akan membahas tentang apa itu memoar.
Memoar, dalam bahasa inggris sepadan dengan kata memoir. Yang artinya kenang-kenangan sejarah atau catatan peristiwa masa lampau menyerupai autobiografi yang ditulis dengan menekankan pendapat, kesan, dan tanggapan pencerita atas peristiwa yang dialami dan tentang tokoh yang berhubungan dengannya. Atau catatan, rekaman tentang pengalaman hidup seseorang.
Perlu dicatat posting kampung-puisi kali ini tidak membahas blognya si Ayu. Barangkali lain kali saja, kalau pembaca ingin mengetahuinya lebih lanjut, klik saja link tersebut. Saya akan membahas tentang apa itu memoar.
Memoar, dalam bahasa inggris sepadan dengan kata memoir. Yang artinya kenang-kenangan sejarah atau catatan peristiwa masa lampau menyerupai autobiografi yang ditulis dengan menekankan pendapat, kesan, dan tanggapan pencerita atas peristiwa yang dialami dan tentang tokoh yang berhubungan dengannya. Atau catatan, rekaman tentang pengalaman hidup seseorang.
Karakter Dasar Tokoh Fiksi Kamu
Sebelum menulis cerpen atau novel, kita membutuhkan perencanaan berjalannya cerita yang akan kita buat. Banyak unsur yang ada dalam karya fiksi--maksud saya cerpen dan novel. Tetapi agar gampang dan cepat cukup beberapa hal saja yang mesti dibuat.
Oke. Dengan segala hormat tolong maafkan saya, kepada mereka yang sudah master fiksi. Yang dengan sok tahu saya telah lancang menulis tentang creative writing. Dan barangkali penjelasan saya ini agak aneh. Sebab mungkin mereka ketika menulis tidak membuat perencanaan terlebih dahulu.
Paling gampang dan mudah untuk menghasilkan karya fiksi--tetapi juga berkualitas adalah membuat outline tentang karakter dasar tokoh utamanya. Sebab karya fiksi itu, sebenarnya bercerita tentang seseorang. Mulai dari awal, pra konflik, konflik sampai konfliknya reda. Itu hanya lah perjalanan perkembangan tokoh.
Saya anggap kamu setuju dengan saya. Dan ingin mengetahui bagaimana membuat otline tentang karakter dasar sang tokoh. Baik-baik. Terlebih dahulu, izinkan saya menganjurkan kamu membaca posting saya sebelumnya di sini.Sebab ini merupakan teknik lanjutan apa yang saya sebut writing burst.
Di sana kamu sudah memiliki ide dasar tentang awal. Mari kita membuat satu paragraf tentang tokoh yang akan kita masukkan dalam ide cerita tersebut.
Tidak lengkap kalau tanpa ada contoh, bukan? Ini contoh saya, hasil dari writing burst saya begini: Seorang perempuan sedang sakit keras, hanya satu obat yang bisa menyembuhkannya. Dari satu kalimat pendek nan manis ini ada satu tokoh yang tersirat. Sekarang saya akan mendeskripsikan perempuan tersebut.
Ingat ini hanya outine, jadi tidak usah panjang-panjang. Deskripsika apa yang kamu tahu atau yang kamu pikirkan saat itu juga tentang tokoh itu dalam satu paragraf. Ya, satu paragraf doang. Dan ini contoh saya:
Perempuan itu tidak cantik kalau dilihat dari bentuk tubuh dan wajahnya. Apalagi kulitnya yang hitam.Tapi dia pandai menulis dan bergaul. Maka bagi kebanyakan laki-laki, bentuk fisiknya tak menjadi masalah. Bahkan Dony, laki-laki idola di sekolah ikut dalam barisan pengagum. Lalu kenapa dia belum punya pacar? Sayang sekali, dia sedang sakit. Penyakit langka!
Oke. Dengan segala hormat tolong maafkan saya, kepada mereka yang sudah master fiksi. Yang dengan sok tahu saya telah lancang menulis tentang creative writing. Dan barangkali penjelasan saya ini agak aneh. Sebab mungkin mereka ketika menulis tidak membuat perencanaan terlebih dahulu.
Paling gampang dan mudah untuk menghasilkan karya fiksi--tetapi juga berkualitas adalah membuat outline tentang karakter dasar tokoh utamanya. Sebab karya fiksi itu, sebenarnya bercerita tentang seseorang. Mulai dari awal, pra konflik, konflik sampai konfliknya reda. Itu hanya lah perjalanan perkembangan tokoh.
Saya anggap kamu setuju dengan saya. Dan ingin mengetahui bagaimana membuat otline tentang karakter dasar sang tokoh. Baik-baik. Terlebih dahulu, izinkan saya menganjurkan kamu membaca posting saya sebelumnya di sini.Sebab ini merupakan teknik lanjutan apa yang saya sebut writing burst.
Di sana kamu sudah memiliki ide dasar tentang awal. Mari kita membuat satu paragraf tentang tokoh yang akan kita masukkan dalam ide cerita tersebut.
Tidak lengkap kalau tanpa ada contoh, bukan? Ini contoh saya, hasil dari writing burst saya begini: Seorang perempuan sedang sakit keras, hanya satu obat yang bisa menyembuhkannya. Dari satu kalimat pendek nan manis ini ada satu tokoh yang tersirat. Sekarang saya akan mendeskripsikan perempuan tersebut.
Ingat ini hanya outine, jadi tidak usah panjang-panjang. Deskripsika apa yang kamu tahu atau yang kamu pikirkan saat itu juga tentang tokoh itu dalam satu paragraf. Ya, satu paragraf doang. Dan ini contoh saya:
Perempuan itu tidak cantik kalau dilihat dari bentuk tubuh dan wajahnya. Apalagi kulitnya yang hitam.Tapi dia pandai menulis dan bergaul. Maka bagi kebanyakan laki-laki, bentuk fisiknya tak menjadi masalah. Bahkan Dony, laki-laki idola di sekolah ikut dalam barisan pengagum. Lalu kenapa dia belum punya pacar? Sayang sekali, dia sedang sakit. Penyakit langka!
Subscribe to:
Posts (Atom)